Sejalan berkembangnya teknologi maka berkembang pula jenis mainan anak-anak. Di perkotaan anak-anak lebih banyak bermain di mal-mal. Mereka lebih mengenal permainan-permainan modern seperti timezone, PS, internet, dea-deo dsb. Sedangkan permainan-permainan tradisional seperti kasti, dakon, gundu, gobak sodor, engklek dll mereka tidak pernah tahu. Selain karena lingkungannya cenderung individual (hidup diperumahan) orang tua atau gurunya tidak ada yang mengajarkan. Bagaimana kalau permainan rakyat ini hilang dari Indonesia?
Solusi yang sederhana mungkin tiap-tiap sekolah (SD maupun TK) mengajarkan permainan-permainan tersebut kepada anak didiknya. Mengajarkan disini tidak hanya secara teori tetapi juga harus dipraktekkan. Jadi generasi anak-anak kita tetap mengenal budaya tradisional kita. Apakah takut kalau dikatakan tidak modern? Jangan takut, karena yang modern itu belum tentu semuanya baik. Jangan sampai kejadian reog di Malaysia terulang lagi. Siapa yang punya ide melestarikan budaya trasional silahkan memberi masukan ke blog ini.
This entry was posted
on Sabtu, 08 November 2008
at 22.13
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.